13 Bom di Jakarta 2023 SUBTITLE INDONESIA Film Moviepremi – sinopsis – 13 Bom di Jakarta yang dirilis pada 28 Desember 2023 diklaim sebagai film laga Indonesia terbesar pada tahun 2023. Film berdurasi 143 menit ini memang menyajikan adegan aksi yang intens dari awal hingga akhir, meski narasi dalam film terkesan mengada-ada dan tidak menyenangkan bagi rasional penonton.
13 Bom di Jakarta berpusat pada organisasi teroris yang dipimpin oleh Ibrahim Gani (diperankan oleh Rio Dewanto) yang berusaha menghancurkan sistem keuangan Indonesia yang dianggap korup, dengan berbagai penipuan keuangan yang merugikan banyak masyarakat. Sementara polisi dan lembaga otoritas keuangan terkesan membiarkan korban jatuhan, Gani yang menggunakan alias Arok mengancam akan meledak 13 bom di Jakarta, dimulai dari bursa efek.
Sebanyak tiga bom berhasil meledak dan membunuh banyak orang. Upaya mengungkap jaringan teroris itu berada di tangan dua pendiri Indodax, Oscar Darmawan (Chicco Kurniawan) dan William Sutanto (Ardhito Pramono).
Harus diakui film garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko yang sebelumnya dikenal dengan Filosofi Kopi (2015) hingga Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020), menjadi film laga Indonesia dengan intensitas tinggi. Ritme dan ketegangan berhasil dibangun dari awal film.
Predikat film laga yang tersemat pada 13 Bom di Jakarta juga didukung oleh efek visual dan score musik yang disusun secara apik, membangun kesan elegan dalam film ini. Performa Rio Dewanto yang sebelumnya juga berkolaborasi dengan Angga Dwimas Sasongko di Filosofi Kopi, terlihat sangat menonjol sebagai Gani. Begitu pula dengan koreo aksi pertarungan, tembak-tembakan, hingga kejar-kejaran mobil yang berhasil dieksekusi dengan baik.
Hanya saja, harus diakui beberapa narasi dalam film terkesan mengada-ada dan berujung konyol, khususnya bagi penonton yang berusaha memahami film dengan rasional dan masuk akal. Beberapa adegan terkesan dipaksakan, hanya untuk mendukung intensitas aksi dalam film.
Misalnya, ketika duo pendiri Indodax yang justru memilih untuk kabur dari badan antiterorisme dan berusaha mengungkap sendiri jaringan teroris Gani. Terkesan mengada-ada, dua warga sipil yang tidak memiliki pasukan, justru menolak berkolaborasi dengan aparat yang memiliki sumber daya lebih dalam penegakan hukum.
Lalu ketika keduanya berusaha mencari jalur internet aman, justru memilih warnet umum. Padahal ahli komputer yang bisa menghentikan coding malaware seperti di akhir film, seharusnya tidak perlu susah-susah mencari jaringan aman berujung pada tempat umum.
Begitu pula ketika Agnes (Lutesha Sadhewa) mencari jalur aman untuk menghubungi agen Karin (Putri Ayudya)–jalur aman untuk menelepon polisi?– bukannya hanya tinggal ke kantor polisi untuk menghubungi aparat, justru memilih membeli telepon dari bandar gelap. Adegan yang menunjukkan inkompetensi kepolisian juga membuat penonton hanya bisa geleng-geleng kepala, sambil menikmati adegan laga dalam film.
Perlu diingat pula, meski film ini dianggap terinspirasi dari kejadian nyata, bukan berarti apa yang terjadi dalam film yang pernah terjadi di dunia nyata. Angga Dwimas Sasongko mengakui bahwa film ini terinspirasi dari teror bom Alam Sutera, dengan pelaku, Leopard Wisnu Kumala yang meminta tebusan 100 bitcoin.
Leopard sendiri adalah lone wolf atau teroris yang bergerak sendiri, meminta tebusan untuk melunasi utangnya, dan tidak bekerja secara terorganisir seperti Gani. Bom yang diledakannya juga di toilet mal, bukan bursa, kereta mrt, apalagi bandara seperti dalam film. Kisah yang menarik. Ya sudah ditonton saja langsung di Moviepremi.